Erosi tanah merupakan ancaman serius bagi keberlanjutan pertanian, mengurangi kesuburan lahan dan produktivitas jangka panjang. Oleh karena itu, penerapan strategi pengolahan tanah minim erosi menjadi sangat vital untuk menjaga kelestarian sumber daya alam ini. Pendekatan ini berfokus pada teknik-teknik yang melindungi permukaan tanah dari dampak langsung air hujan dan angin, serta mempertahankan struktur tanah yang sehat. Di banyak daerah di Indonesia, terutama di lahan miring atau beriklim kering, erosi dapat menyebabkan kerugian besar. Sebagai contoh, di daerah perbukitan Wonogiri, Jawa Tengah, petani yang beralih dari pengolahan tanah konvensional ke sistem tanpa olah tanah sejak tahun 2022 telah melaporkan penurunan laju erosi hingga 40%, berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat per laporan triwulan pertama 2025.
Salah satu komponen kunci dalam strategi pengolahan tanah minim erosi adalah mempertahankan penutupan tanah sepanjang tahun. Ini dapat dicapai melalui praktik olah tanah konservasi seperti tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum. Dalam sistem TOT, sisa-sisa tanaman dari panen sebelumnya dibiarkan di permukaan tanah sebagai mulsa alami. Mulsa ini berfungsi sebagai pelindung fisik terhadap tetesan hujan yang merusak dan mengurangi kecepatan aliran air permukaan, sehingga mencegah partikel tanah terhanyut. Petani di Lampung, misalnya, sering menerapkan sistem TOT untuk budidaya jagung, meninggalkan batang dan daun jagung kering setelah panen. Program penyuluhan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat, yang diadakan setiap hari Kamis pukul 09:00 pagi di Balai Desa Sukamaju, memberikan panduan praktis tentang teknik TOT ini.
Selain itu, penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) merupakan bagian penting dari strategi pengolahan tanah ini. Tanaman seperti kacang-kacangan atau rerumputan dapat ditanam di antara musim tanam utama atau di sela-sela barisan tanaman pokok untuk melindungi tanah. Mereka juga berkontribusi pada peningkatan bahan organik tanah dan fiksasi nitrogen, yang secara tidak langsung meningkatkan kesuburan tanah. Di wilayah dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, petani kentang sering menanam lupin sebagai tanaman penutup tanah setelah panen, sebuah praktik yang dimulai secara masif pada musim tanam 2023, membantu mengurangi erosi pada lahan miring mereka.
Pembangunan terasering dan kontur juga merupakan langkah efektif, terutama untuk lahan yang memiliki kemiringan signifikan. Terasering menciptakan bidang datar bertingkat, yang memperlambat aliran air dan memungkinkan air untuk meresap ke dalam tanah. Sementara itu, olah tanah kontur dilakukan dengan mengikuti garis kontur lahan, bukan tegak lurus terhadap kemiringan, yang juga membantu menahan aliran air. Tim ahli dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), yang sering melakukan kunjungan lapangan dan konsultasi setiap bulan pada minggu kedua hari Selasa, merekomendasikan adaptasi teknik ini sesuai dengan karakteristik topografi lokal. Dengan demikian, penerapan strategi pengolahan tanah yang berorientasi pada pencegahan erosi bukan hanya investasi pada tanah itu sendiri, tetapi juga pada masa depan pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan.