Eutrophication (pengayaan nutrisi berlebihan pada badan air) adalah masalah lingkungan serius yang menyebabkan ledakan alga, penurunan oksigen terlarut, dan kematian massal ikan, seringkali dipicu oleh limpasan nutrisi dari lahan pertanian. Salah satu nutrisi pemicu utama adalah fosfor. Meskipun pertanian organik menghindari pupuk kimia, ia tetap memiliki tantangan dalam pengelolaan fosfor yang berasal dari pupuk organik seperti kotoran ternak atau kompos. Oleh karena itu, strategi Mengontrol Limpasan Fosfor sangat penting. Mengontrol Limpasan Fosfor adalah kunci untuk menjaga kualitas air dan ekosistem perairan. Upaya Mengontrol Limpasan Fosfor melibatkan praktik stewardship lahan yang cermat dan berkelanjutan.
Fosfor (P) tidak bergerak bebas di tanah seperti nitrogen. Ia cenderung terikat pada partikel tanah, dan limpasan terjadi ketika partikel tanah yang mengandung fosfor ini terbawa oleh erosi air ke saluran irigasi, sungai, dan akhirnya ke danau. Dalam pertanian organik, sumber fosfor adalah bahan organik yang ditambahkan, yang jika berlebihan atau tidak diolah dengan baik, dapat menyebabkan konsentrasi fosfor yang tinggi di lapisan permukaan tanah.
Strategi efektif untuk Mengontrol Limpasan Fosfor berfokus pada Pencegahan Erosi dan Pengelolaan Sumber Fosfor.
- Pengelolaan Tanah Minim Olah (No-Till atau Reduced Tillage): Dengan mengurangi pengolahan tanah, petani organik dapat menjaga struktur tanah agar tetap utuh dan mengurangi erosi permukaan secara drastis. Ketika erosi berkurang, perpindahan partikel tanah yang membawa fosfor pun berkurang.
- Cover Crops (Tanaman Penutup Tanah): Penggunaan tanaman penutup tanah, terutama di musim non-tanam, berfungsi ganda: ia melindungi tanah dari dampak langsung air hujan yang memicu erosi, dan ia juga menyerap fosfor berlebih yang mungkin ada di tanah, menyimpannya dalam biomassa tanaman.
- Buffer Strips dan Zona Riparian: Penanaman vegetasi permanen (seperti rerumputan tebal atau pepohonan) di sepanjang tepi sungai atau danau (buffer strips atau zona riparian) bertindak sebagai penyaring alami. Area ini akan memperlambat limpasan air dan memungkinkan sedimen serta fosfor mengendap sebelum mencapai badan air.
Sebuah penelitian kasus yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi pada Juni 2024 di sekitar Danau Biru, sebuah badan air yang rentan terhadap eutrophication, menemukan bahwa lahan pertanian organik yang menerapkan zona buffer riparian selebar 10 meter berhasil mengurangi limpasan fosfor hingga 70% dibandingkan dengan lahan tanpa buffer. Ini menunjukkan bahwa melalui praktik pengelolaan tanah yang tepat dan pembangunan batas penyaring alami, pertanian organik dapat secara efektif meminimalkan dampak lingkungannya dan menjadi bagian dari solusi untuk masalah eutrophication.
