Di tengah ancaman perubahan iklim global, praktik-praktik pertanian tradisional tampil sebagai “warisan tani” yang krusial. Keunggulan Pertanian Tradisional dalam menghadapi tantangan iklim lokal seringkali diremehkan, padahal adaptabilitas dan resiliensinya menjadi kunci penting untuk ketahanan pangan di berbagai wilayah.
Salah satu Keunggulan Pertanian Tradisional adalah pengetahuannya yang mendalam tentang varietas lokal dan siklus alam. Petani tradisional telah menanam dan melestarikan benih-benih lokal yang secara alami beradaptasi dengan kondisi tanah, curah hujan, dan suhu spesifik daerah mereka selama bergenerasi. Varietas ini seringkali lebih tahan terhadap kekeringan, banjir, atau serangan hama endemik yang semakin tidak terduga akibat perubahan iklim, dibandingkan dengan varietas monokultur modern yang mungkin memerlukan banyak input eksternal. Sebagai contoh, di sebuah desa di Kalimantan Barat, pada bulan September 2024, petani berhasil menyelamatkan panen padi mereka berkat penggunaan varietas lokal yang tahan terhadap genangan air, meskipun terjadi hujan ekstrem yang tidak biasa.
Selain itu, Keunggulan Pertanian Tradisional juga terletak pada praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan minim intervensi. Teknik seperti rotasi tanaman, penanaman campuran ( polyculture ), dan penggunaan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang, membantu menjaga kesuburan tanah dan struktur ekosistem mikro di dalamnya. Tanah yang sehat dengan kandungan bahan organik tinggi lebih mampu menahan air selama musim kemarau dan menyerap kelebihan air saat hujan deras, berfungsi sebagai penyangga alami terhadap dampak ekstrem perubahan iklim. Sebuah studi dari Pusat Penelitian Iklim dan Pertanian di Bogor pada bulan Juli 2025 menyoroti bagaimana lahan pertanian yang dikelola secara tradisional menunjukkan erosi tanah yang jauh lebih rendah selama musim hujan intens.
Keunggulan Pertanian Tradisional juga mencakup aspek sosial dan ekonomi lokal. Ketergantungan yang lebih rendah pada input eksternal yang mahal (seperti pestisida atau pupuk kimia) dan sistem pangan yang lebih terlokalisasi membuat petani tradisional lebih kebal terhadap gejolak pasar global dan ketersediaan sumber daya. Mereka seringkali memiliki sistem berbagi pengetahuan dan benih antarpetani, menciptakan jaring pengaman komunitas yang vital saat menghadapi tantangan iklim. Pada hari Kamis, 20 Juni 2025, pukul 14.00 WIB, Kepala Dinas Pertanian setempat saat mengunjungi sebuah pameran produk pertanian tradisional di Kelantan, Malaysia, menekankan bahwa memperkuat metode tradisional adalah kunci untuk memastikan masyarakat memiliki akses pangan yang stabil dan berkelanjutan, terlepas dari gejolak iklim. Dengan demikian, warisan tani ini bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjadi strategi adaptasi yang efektif di era perubahan iklim.